PEMIKIRAN POLITIK ISLAM KARTOSOEWIRJO DAN M. NATSIR
Ja’far Sidik (11140150000080)
A.
S.M Kertosoewirjo
Sekarmadji
Maridjan Kartosuwirjo demikian nama lengkap S.M. Kartosowirjo, yang dilahirkan
pada tangga; 7 Januari 1905 di Cepu, sebuah kota antra Biora dan Bojonegoro
yang menjadi daerah perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Kota cepu ini
menjadi tempat di mana budaya Jawa bagian timur dan bagian tengah bertemu dalam
suatu garis budaya yang unik. Untuk memahami dalam konnteks yang bagaimana ia
lahir dan tumbuh besar, kita perlu melihat bagaimana setting sejarah Indonesia
di awal abad ke 20 ini. Mungkin gaya pendekatan sejarah alternatif akan cocok
untuk memahamai sosok Kartosoewirjo sebernanya. Pada awal abad ini dimulai
suatu perubahan besar Hindia Belanda (nama Indonesia ketika itu). Pada bulan
Januari 1901 Ratu Wilhemina di depan parlemen yang angota – anggotanya ketika
itu baru terpilih, mengumumkan sebuah kebijakan progam. Pemerintah Belanda
tentang negeri jajahan yang nantinya akan berperngaruh besar terhadap
perkembangan situasu dan kondisi Indonesia selanjutnya.
Ketika
pemerintah Kerajaan Belanda Sanngat menyadari betul bahwa di masa lalu sudah
banyak perusahaan milik orang – orang belanda dalam menjalankan roda
perekonomiannya telah memperoleh keuntungan materi yang berlimpah ruah dari
Hindia Belanda, sementara itu mereka melihat banyak sekali dari penduduk di
tanah jajahan Hindia Belanda mengalami dampak eksploitasi ekonomi besar -
besaran tersebut berupa kemiskinan di mana – mana. Pemerintah Hindia belanda
mencoba perlahan demi perlahan golongan atas untuk mengikuti sekolah – sekolah
berbahasa Belanda tingkat dasar dan menengah “Maka enlightened elit modern
colonial mulai terbentuk di Indonesia generasi pertamanya.
Begitulah
Kartosoewirjo dia lahir dalam situasi yang sedemikan menguntungkan sehingg
karena kedudukan “Istimewa” orang tuanya, ia termasuk dlam salah seorang anak –
anak negeri ini yang berkesempatan mengecap pendidikan modern colonial Belanda
yang sangat maju di zamannya. Maka, Belanda tidak hanya menggunakan kekeuatan
senjata untuk “menjinakan”. Indonesia. Selama ini tentara marsose sering sekali
dipakai sebagai kekekuatan represif yang ampuh untuk menentramkan Indonesia
Politik etis
telah memberikan perhatian yang cukup besar pada pendidikan barat bagi penduduk
Indonesia, dengan di bangunnya sejumlah sarana pendidikan di beberapa tempat.
Namun sayangnya kebanyakan dari sekolah – sekolh ini menggunakan bahada daerah
sebagai bahasa pengantarnya, sedikir sekali sekolah – sekolah teesebut yang
menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar, kalau pun ada itu pun yang
prestigious, yang para tamatannya kemudian mendapat pekerjaan orang yang
berdasi (white collar jobs), yang memeang banyak dicari atau meneruskan
pelajarannya ke perguruan tinggi di daerah jajahan atau pun di negeri Belanda.
Organisasi
islam modern Muhammadiyah merupkan organisasi paling penting di Indonesia
ketika iku. Berdiri di Yogyakarta pada tahun 1912. Didirikan oleh Kiai Hadji
Ahmad Dahlan (1868 – 1923) yang berasal dari elite agama kesultanan Yogyakarta.
Ahmad dahlan ini dasarnya adalah seorang tokoh aristocrat, namun karena
keberpihakannya pada rakyat Muslim menjadikan ia dikenal sebagai tokoh populis,
selain itu, sesuai dengan semanagta pada masa itu, ia juga adalah
seorangpeletak dasar pendidikan islam modern.
Bersamaan
dengan itu, lingkungan polirik berbalik arus menentang radikalisme, tetapi
ironisnya keadaan ini malah ISDV (Indische Social – Democratische Vereniging)
dalam posisi untuk memimpin gerakan politik rakyat. ISDV saat itu berada di
tangan Semaun dan seorang pemuda bangsawan Jawa yang bernama Darsono ( Lahir
tahun 1897). Pada awal perjalanannya, dengan jumalah anggotanya hanya 269 orang
pada tahun 1920, organisasi ini memang masih sangat kecil dan juga sangat
terbatas, tetapi kemudian sebagian besar anggotanya adlah orang Indonesia. Maka
organisasi ini menjadi organisasi pribumi yang merauo banyak pengikut, inilah
cikal – bakal organisasi yang menggoroti islam secara sanagat kejam hingga ke
PKI dan gerak – gerakan kiri lainnyanya di era reformasi sekarang ini. Pada
bulan Mei 1920 organisasi ini mengalami pergantian nama menjadi Perserikatan
Komunis di Hindia dan pada tahun 1924 berganti nama lagi menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI)
Untuk melihat
kondisi Islam Indonesia pada masa – masa awal sebelum the for mative age yang
dialami Kartosoewirjo, kita harus melihat Islam yang mulai berubah pada tingkat
dunia. Menjelang tahun 1925, di dunia internasional islam mengalami sebuah
perubahan besar. ketika pada tahun 1924 negara turki telah menghapus jabatan
khalifah, pemimpin agama semua kaum Muslim, yang telah dituntut sebagai haknya
oleh sultan – sultan Usmani selama sekitar enam dasawarsa. Maka dunia islam
kehilangan kekhalifahannya, dan ketika S. M. kartosowirjo memproklamsikan Darul
Ismam, maka itulah lanjutanyya. Mesir bermaksud menyelenggarakan suatu
konferensi islam internasional guna membahas masalah kekhalifahan tersebut.
Perpecahan ini tidah hanya memperlihat betapa berbariannya para penguasa –
penguasa negeri yang dulunya pernah menjadi islam. Akan tetapi, terjadi
kekacauan lagi ketika pada tahun 1924 Ibn Sa’ud merebu Makkah,dan menyebarkan
ide – ide pembaharuan Wahabi serta menyatakan bahwa dirinya adalah kalifah. Dia
juga menghimbau seluruh kaum Muslim supaya menghadiri konferensi konfernsi
tersebut, tetapi wakil – wakilnya sebagian besar berasal dari kalangan Islam
Modernis, dan ketika itu tokoh tjokorominoto sangat menunjol dalam konferensi
tersebut. Di Timur Tengah sedang terjadi kemrosotan Islam, maka di Nusantara
islam mengalami titik awal kebangkitan yang baru terlihat seperti seberkas
lampu kecil.
Sinar lampu
islam juga terlihat dengan bangkitnya umat Islam melalui pergerakan –
pergerakan yang mewarnai gerakan – gerakan lainnya. Muhamdiyah, SI,NU, Al –
Irsyad dan lain – lain bermunculan.. namun tak lama kemudian mengalami
kekurangan darah semangat kembali. Seiring dengan telah wafatnya Ahmad Dahlan
sebagai orang nomor satu di muhammadiyah, organisasi ini mengalami penyusutan
anggota dengan hanya beranggotakan 4.000 orang saja pada tahun 1925, tetapi
organisasi ini telah mendirikan lima puluh lima sekolah dengan 4.000 orang
murid, dua balai pengobtan di Yogyakarta dan Surabay, sebuah panti asuhan, dan
sebuah rumah miskin.
Demikianlah
sekilas setting sejarah yag mengitari saat – saat S.M. Kartosoewirjo lahir. Ia
lahir dan mengalami masa – masa kecilnya pada saat gerakan – gerakan Islam
mengalami pasang – naik dan pasang surut secara bersamaan. Maka orang tuanya
bukanlah orang yang dikenal fanatic atau anti islam ; melainkan orang tua yang
bias – biasa saja, yang menyerahkan anaknya pada perputaran zaman. Ayahnya,
yang bernama Kartosoewirjo, bekerja sebagai mantra yang bekerja pada kantor
yang mengkoordinasikan para penjual candu di kota kecil Pamotan dekat Rembang.
Dua aliran yang
bertentangan telah muncul sebagai dasar bagi dilakukannya peremajaan secara
nasional, dan kini ditambah aliran pemikiran yang ketiga. Aliran kalangan atas
yang mencari modernisasi secara barat (dan setidak – tidaknya mempunyai unsure
– unsure anti Islam). Ketika lahirnya Boedi Oetomo, Gubernur Jenderal Van
Heutsz menyambut baik Boedi Oetomo sebagao keberhasilan Politik Etis. Memang
itulah yang dikehendakinya : suatu organisasi pribumi yang progresif – moderat
yang dikendalikan oleh para pejabat yang maju. Pejabat – pejabat Belanda
lainnya mencurigai Boedi Oetomo dan menganggapnya sebagai gangguan yang
potensial. Akan tetapi, pada bulan Desember 1909 organisasi tersbut dinyatakan
sebagai organisasi yang sah.
Dalam
masyarakat Jawa, kelompok minoritas yang berusaha benar – benar mentaati
kewajiban – kewajiban Islam dalam kehidupan sehari – hari mereka di sebut silih
bergant wong Muslimin (kaum Muslim), Putihan (golongan putih), atau santri
(murid sekolah agama). Ada dua kelompok yang dapat dibedakan dalam golongan
masyarakat ini : kaum muslim pedesaan yang mengelompok di sekeliling para guru
agama Islam (kiai) dan sekolah – sekolah agama merka (pesantren, tempat para
santri) dan,di lain pihak kelompok – kelompok Muslim perkotaan yang sering kali
melibatkan diri di bidang perdagangan.
Maka pada tahun
1911, saat para kativis ramai – ramai mendirikan organisasi, saat itu
Kartosoewirjo berusia delapan tahun dan masuk sekolah ISTK (Inlandsce
Schoool der Tweede Klasse). Ketika Kartosoewirjo mulai memasuki pintu gerbang
kedewasaan, ia mulai berkenalan dengan organisasi islam modern yang lebih jelas
garis politiknya ketimbang Muhammdiyah yautu sjarikat Islam. Pada tahun 1912
organisasi SDI merubah namanya menjadi Sjariat Islam (SI). Ketika itu terjadi
percekcokan antara Tirtodisoerjo dan Samanhudi, Sehingga Samanhoedi yang yang
sebagian besar waktunya tersita untuk urusan – urusan dgang, memeinta bantua
Tjokominoto untuk memimpin organisasi itu. Asal – usul organisasi yang bersifat
Islam dan dagang segera menjadi kaburm, dan istilah Islam pada namanya kini
sedikit banyak lebih mencerminkan adanya kesadaraan umum bahwa anggota –
anggotanya yang berkebangsaan Indonesia adalah kaum muslim, sedangkan orang –
orang Cina dan Belanda bukan muslim.
Basis Politik
Pemikiran Islamic Nation – State S. M Kartosoewirjo
Pemikiran S. M
Kartosoewirjo tentang Negara Islam didasarkan pada proses mula terbentuknya
masyarakat islam pada masa Rasulullah SAW di awal abad pertama Hijriyah. Pada
saat itu , keragaman etnis, budaya, agama dan bahasa sangat beragam sama
seperti ketika Indonesia memuulai revolusi ontegratifnya pada pertengahan paruh
tahun 1945. Pada tanggal 7 Agustus 1945 beberapa anggota kepanitian PPKI dari
pihak Jepang “mengambil keputusan – keputusan yang riil” untuk mmengadakna
pertemuan. Bangsa ini memang dibangun oleh serangkaiaan perjanjian –
perjanjian, pertemuan – pertemuan dan perundingan – perundingan. Semua itu
tidak satu pun yang ditepatinya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi pihak
lain. Tekanan terhadap Jepanh juga diberikan Uni Soviet yang mengumuman
perang bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki yang telah me-luluh-lantakan
semangat bushido tentara Jepang di Indonesia.
Jepang adalah
penguasa yang masih sah di Indonesia. Pantaslah Jika Kemudian Maeda ingin
melihat pengalihan kekeuasaan secara cepat kepada generasi tua, karena merasa
khawatur terhadap kelompok – kelompok pemuda yang dianggapnya berbahaya maupun
pasukan – pasukan jepang yang kehilangan semangat. Pasukan Jepang demikian
terpuruknya setelah Raja Hirohito mengumumkan “menyerah tanpa syarat” kepada
tentara sekutu. Para pemimpimn pemuda menginginan suatu pernyataan kemerdekaan
secara dramatis di luar kerangka yang disusun oleh pihak Jepang, dan dlam hal
ini mereka didukung oelh Sjarir yang anti Jepang. Akan tetapi, tak seorang pun
berani bergerak tanpa soekarno dan Hatta. Soekarno dan Hatta telah menjadi
mitos yang mentyejarah dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Tak semua
orang Indonesia tahu tentang siapa sebenernya Soekarno dan Hatta itu.
Sebenarnya
sebelum hari – hari menjelang Proklamasi RI tanggal 17 Agustus 1945.
Kartosoewirjo telah lebih dulu menebar aroma deklarasi kemerdekaan Islam,
ketika kedatangannya pada awal bulan agustus setelah mengetahui bahwa
perseturuan antara Jepang dan Amerika memuncak dan menjadi boomerang bagi
Jepang. Ia datang ke Jarta bersama dengan bersama dengan beberapa orang pasukan
Laskar Hizbullah, proklamasi yang sudah dipersiapkan Kartosoewirjo pada tanggal
13 dan 14 agaustus 1945 kepada mereka ? pada malam harinya mereka telah dibawa
oleh para pemimpin pemuda, soekarni dan Ahmad Soebardjo, ke ganisun PETA di
rengasdengklok, sebuah kota kecil di karawang. Mereka mempersiapkan naskah
proklamasi hanya berdasarkan ingatan tentang konsep Proklamasi Islam yang
dipersiapkan S.M. Kartosoewirjo, buakn pada konsep pembukaan UUD 1945 yang di
buat oleh BUPKI atay PPKI. Pada malam itu Soekarno dan Hatta sudah berada di
rumah Maeda di Jakarta.pernyataan kemerdekaan dirancang sepanjang malam. Kaum
aktivis muda mengingnkan bahasa yang dramatis dan berapi – api, tetapi untuk
menjaga supaya tidak melukai perasaan pihak Jepang atau mendorong terjadinya
kekerasan maka disetejuilah suatu pernyataan yang tenang dan bersahaja yang
dirancang oleh Soekarno[9].
Pada bulam Juni
1946, Masyumi Daerah Priangan mengadakan konferensi di kota Garut, untukk
memeilih pengurus yang baru. Dalam konferensi tersebut Koertooewirjo menunjuk
K.H. Moechtar sebagai ketua umum dan dia sendiri menjadi wakil ketua. Dalam
konferensi tersebut kartosoewirjo menyampaikan pidato tentang haluan politik
Islam yang berisi pertanyaan mengenai siapa yang akan berkuasa di Indonesia.
Dengan memahamkan dirinya kepada ajaran Islam yang hanif, Kartosoewirjo
menganjurkan persatan dalam cita – cita perjuangan. Ia memperingatkan para
pendengarannya yang sekaligus merupakan pendukungnya, bahwa konflik antara
sesame bangsa Indonesia hanyalah menguntungkan Belanda, dan ia mendesak
menghentikan perbedaan – perbedaan ideology. Segera setelah tercapai kemerdekaan
penuh, perbedaan – perbedaan ini dapat dicari penyelesaianya secara demokratis,
menurut kedaulatan rakyat. Bunyi pidatonya :
Dan oleh karena Repoeblik Indonesia berdasarkan kedaoelatan ra’iat, maka
seorang ra’iat jang tebanjak itoelah jang akan memegang kekoesaan negara. Djika
komoenis jang dikoeti oleh sebagian bessar dari pada ra’iat, maka pemerintah
negara akan mengikoeti haloean politik, sepandjang adjaran komoenis. Dan bila
sosialisme atau nasionalisme politik negara. Demikian poela, djika Islam jang
mendapat koernia Toeha “menang dalam perjoengan politik” itoe, maka Islam
Poelalah jang akan memegang tampoek Pemerintah Negara. Sehingga pada waktoe
itoe terbangoenlah doenia Islam atau Daroel – Islam, Jang tindak menjimpang
seramboet dibelah toejoeh sekalipoen dari pada adjaran – adjaran Kitabuoellah
dan Soennahtoen – Nabi Moehammad Clm
Pada bulan Febuari dan Maret 1947 di Malang,
Kartosoewirjo ditunjuk sebagai salah seorang dari lima anggota masyumi dalam
komite eskekutif, yang terdiri dari 47 anggota untuk mengikuti siding KNIP
(Komitre Nasional Indonesia Pusat). Dalam oleh pemerintah Republik dan belanda
pada bulan November 1946 akan disetujui atau tidak. Kepergian Kertosoewirjo
disertai para pejuang Hizbullah Jawa Barat,karena dalam rapat tersebut
kemungkinan ada dua kubu yang bertarung antara lascar sayap kiri (diwakili
partai Pesindo), yang menginginkan disetujui hasil perundingan tersebut dengan
lascar Hizbullah (diwakili partai masyumi dan PNI), yang hamper semua wakilnya
tidak menyetui hasil perundingan. Kartosewirjo sendiri termasuk politikus
Masyumi yang menolak persetujuan Linggarjati tersebut tanpa kompromi. Karena
Nampak jelas, bahwa dengan diadakannya perundingan Linggarjati itu sangat
menguntungkan pihak Belanda dalam usahannya menancapkan kuku penjajahannya
kembali.
Pada tanggal 21 Juni 1947, Belanda yang tidak
mematuhi perjanjian Linggarjati membuat Sjahir bingung dan puus asa, maka pada
bulan Juli 1947 dia dengan terpaksa dan bercampur malu mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai perdana menteri, karena sebelumnya dia sanagt menyetujui
tuntutan Belanda dalam menyelesaikan konflik antara pemerintah RI dengan
Belanda, setelah terjadinya Agresi Militer I Belanda pada bulan Juli. Yang
menggantikan kedudukan setelah pengunduran dirinya adalah Amir Syarifoedin yang
sebelumnya menjabat sebagai menteri, dia menggaet anggota PSII untuk duduk
dalam kabinetnya, termasuk menawarkan kepada Kartosoewirjo untuk turut serta
duduk dalam kabinetnya menjadi wakil menteri pertahankan kedua.
Pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam mulailah
pihak Belanda melancarkan. ‘aksi polisional’ mereka yang pertama. Aksi Belanda
ini sudah diperhitungkan , dimana mereka telah menempatkan pasukan – pasukanya
di tempat yang strategis. Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung
untuk menduduki Jawa Barat (tidak termasuk Banten), dan dari Surabaya untuk
menduduki Madura dan ujungnya timur jawa. Gerakan – gerakan pasukan yang lebih
kecil mengamankan wilayah Semarang. Pada bulan 1948 atas praaksara pihak sekutu
diadakanlah satu persetujuan bersama antara pemerintah Republik dengan Belanda
di atas kapal Amerika USS Renville sebagai ‘garis Van Mook’. Walaupun
persetujuan ini tampaknya seperti kemenangan besar pihak Belanda dalam
perundingan, namun tindakan yang dilakukan oleh pihak republic dengan mengikuti
perundingan itu memperlihatkan tidak mampunya pemerintah dalam menagadakan
perundingan untuk tetap mempertahankan makna kemerdekaan yang telah
diperjuangkan oleh rakyat Indonesia sehingga menyebabkan mereka memenangkan
kemauan pihak Belanda yang sangan menentukan.
Pada bulan Febuari 1948 koalisi sayap kiri
dibawah pimpinan Amir Sjarifoeddin yang berada di luar pemerintahan Republik
kini memualai suatu usaha baru dengan menimbulkan bencana untuk mendapatkan
kembali kekeuasaan. Dengan merubah nama baru menjadi Front Demokrasi Rakyar
(FDR) mencela persetujuan Renville yang sebtulnya dulu dirundingkan pada masa
pemerintahannya, usaha yang dilakukan oleh front tersebut adalah dengan
membentuk organisasi – organisasi petani dan buruh, tetapi usaha itu hanya
mencapai sedikit keberhasilan. Bagi mereka upaya diplomasi Soekarno dan teman –
teman nasionalis sekuler sama sekali di luar harapan.
Sementara itu Belanda pada akhir bulan agustus
meluruskan garis depanya yang disebut sebagai “garis demakrasi Van Mook”, dan
telah merebut pelabuhan penting di Jawa serta daerah – daerah sumber hasil bumi
di Jawa Barat dan Jawa Timur. Selain itu mereka masih menagadakan suatu
blockade ekonomi terhadap republic yang wilayahnya di Jawa hanya tinggal kira –
kira sepertiga luas pulau tersebut. Pihak tentara membunuh Amir Sjarifoeddin
dan lebih dari lima puluh orang beraliran kiri yang ada dipenjara ketika mereka
bergerak mundur dari Yogyakarta pada tanggal 19 Desember malam dari pada
mengambil resiko bahwa mereka akan dibebaskan dari Belanda. Sampai akhir bulan
Desember semua kota besat di Jawa dan Sumatera telah jatuh ke tangan Belanda.
Satu – satunya wilayah besar yang tetap di bawah kekuasaan Repoeblik adalah
Aceh.
Situasi yang kacau pada saat itu yang
diakibatkan agresi militer Belanda membuat kartosoewirjo lebih memfokuskan
perjuangannnya. Dalam suatu rapat Masyumi di Garut, yang dipimpin Kartosoewirjo
sendiri dan di mana semua organisasi yang bergabung dalam Masyumi harus
mengirimkan wakilnya, diputuskan, bahwa Masyumi cabang Garut diganti namanya
menjadi Dewan Pertahanan Oemat Islam (DPOI). Dengan ditandatanganinya
Perjanjian Renville antara pemerintah Republik dangan Belanda. Adapun reaksi
Kertosowirjo dengan adanya Perjanjian Renville itu membuat suatu pernyataan
bahwa “ Amir Sjarifoedin la’natoellah”dituduh telah berbuat khianat dan menjual
Jawa Barat kepada Belanda dan mengangkut semua senjata ke daerah Republik
“soepaya Oemat Islam Khoesoesnja dan rakjat Djawa Barat Semoenja tidak dapat
mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Segera setelah persetujuan Renville,
pada tanggal 30 Januari 1948, R. Oni berangkat ke Peuteuynunggal dekat
Garut untuk berunding dengan Kartoesoewirjo tentang masalah situasi politik dan
militer dewasa itu.
B.
Muhammad Natsir
Mohammad natsir
yang lebih populer dengan panggilan natsir, dilahirkan di Alahan Panjang,
sumatera barat pada tanggal 17 juli 1908 M adalah seorang yang sangat terkenal
dengan pergerakan kemerdekaan republik indonesia. Sebagai seorang tokoh, natsir
telah memberikan arti yang sangat penting dalam sejarah kemerdekaan indonesia.
Natsir berasal
dari keluarga yang bersahaja, ayahnya seorang pegawai rendah sebagai juru tulis
pada kantor kontroler di maninjau. Bernama muhammad idris sutan saripodo.
Natsir mempunyai tiga orang saudara kandung, yaitu yukinan, rubiyah, dan
yohanusun.[1]
Riwayat
pendidikannya dimulai dari sekolah belanda dan mempelajari agama dari para alim
ulama di tempat kelahirannya itu. Setamat dari sekolah dasar ia melanjutkan
studinya di sekolah partikelir HIS Adabiyah di Padang. Kemudian ia melanjutkan
ke MULO di padang, setelah itu melanjutkan pendidikan formalnya ke Algememe
Midelbare School (AMS) di Bandung. Sejak belajar di AMS, ia mulai
tertarik pada pergerakan islam dan belajar politik di perkumpulan JIB, sebuah
organisasi pemuda islam yang anggotanya adalah pelajar bumiputera yang
bersekolah di sekolah belanda. Organisasi ini mendapat pengaruh intelektual
dari H. Agus Salim. Dalam organisasi tersebut natsir sempat bergaul dengan para
tokoh nasional seperti M. Hatta, Prawoto Mangunsasmito, Yusuf Wibisono,
Tjokroaminoto, dan Moh. Roem. Dan berkat kemampuannya yang menonjol,
mengantarkannya menduduki ketua JIB Bandung pada tahun 1928 hingga tahun 1932.[2]
Tahun 1932,
natsir mendirikan lembaga pendidikan islam (pendis), suatu bentuk pendidikan
modern yang mengombinasikan kurikulum pendidikan umum dengan pendidikan
pesantren. Ia menjabat sebagai direktur pendis sampai 1942. Lembaga tersebut
kemudian berkembang di berbagai daerah di jawa barat dan di jakarta.
Sejak 1940 ia
mulai aktif di bidang politik dengan bergabung pada partai islam indonesia
(PII) Bandung, ia menjabat sebagai ketua PII Bandung pada tahun 1940 hingga
tahun 1942 dan bekerja di pemerintahan sebagai kepala biro pendidikan Kodya
Bandung sampai tahun 1945 dan merangkap sekretaris sekolah tinggi islam (STI)
di jakarta.
Pada masa
pendudukan jepang di indonesia pada tahun 1942-1945, jepang merasa merangkul
umat islam, maka dibentuklah majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), suatu badan
federasi organisasi sosial dan organisasi politik islam. Dalam perkembangan
selanjutnya majelis ini berubah menjadi mejelis syura muslimin indonesia
(Masyumi) pada tanggal 7 November 1945, natsir sendiri mnjadi salah seorang
ketua umumnya hingga partai tersebut dibubarkan.[3]
Setelah
indonesia merdeka, natsir sempat menjadi mentri penerangan. Kiprahnya dalam
dunia politik sangat memuncak, terutama saat beliau mengemukakan osi pada
sidang parlemen republik indonesia serikat pada tanggal 3 April 1950, yang
lebih dikenal dengan sebutan Mosi Integral Mohammad Natsir. Mosi itulah
yang memungkinkan republik indonesia telah terpecah belah sebagai hasil
konferensi meja bundar (KMB) menjadi tujuh belas negara bagian, kembali menjadi
negara kesatuan Republik Indonesia.
Pada masa
demokrasi terpimpin seokarno pada tahun 1958, natsir mengambil sikap menentang
politik pemerintah. Keadaan ini mendorongnya untuk bergabung dengan para
penentang lainnya dan membentuk pemerintah revolusioner republik indonesia
(PRRI), suatu pemerintahan tandingan di pedalaman sumatera. Tokoh PRRI
menyatakan bahwa pemerintah di bawah presiden soekarno saat itu secara garis
besar telah menyeleweng dari undang-undang dasar 1945. Sebagai akibat tindakan
natsir dari tokoh PRRI lainnya yang didominasi anggota masyumi ditangkap dan
dimasukkan ke penjara. Natsir dikirim ke batu malang (1962-1964), Syarifudin
Prawiranegara dikirim ke jawa tengah, Burhanuddin berharap dikirim ke luar
negeri. Partai masyumi dibubarkan melalui pidato presiden soekarno pada tanggal
17 Agustus 1960. Natsir dibebaskan pada bulan juli 1966 setelah pemerintahan
orde lama digantikan oleh pemerintahan orde baru.
Pada saat orde
baru muncul natsir tidak mendapat tempat kedudukan di pemerintahan orde baru
untuk ikut memimpin negara. Oleh karena itu pada tahun 1967, natsir beserta
para ulama lainnya melalui yayasan yang dibentuknya di jakarta, yaitu dewan
dakwah islamiyah indonesia (DDII) memilih dakwah sebagai format gerakannya,
tidak melalui format politik. Namun demikian, ia juga tetap kritis terhadap
berbagai masalah politik. Natsir wafat pada tanggal 6 februari 1993 di rumah
sakit cipto mangunkusumo jakarta dalam usia 85 tahun. Natsir meninggalkan
seorang istri, nur nahar yang dinikahinya pada tanggal 20 oktober 1934 di bandung
dan enam orang anak serta sejumlah cucu.
Pemikiran
Mohammad Natsir Tentang Pendidikan Islam
Konsepsi
pendidikan yan diungkapkan natsir tidak dapat dilepaskan dari misinya untuk
menyebarkan agama islam, sebagai agama yang universal, islam bukan hanya sekedar
ajaran tentang tata hubungan antara manusia dengan tuhan, melainkan suatu
pandangan hidup dan sekaligus pagangan hidup. Ajaran islam adalah ajaran yang
lengkap dan sempurna. Bersifat universal ini dapat dipahami bahwa islam tidak
mengenal batas-batas negeri, negara dan benua. Islam bukanlah barat dan bukan
pula timur tetapi adalah milik allah yang dikaruniakan kepada manusia.[4]
Demikian pula
halnya dengan pendidikan. Menurut natsir pendidikan timur dan barat tidak perlu
dipertentangkan. Sebagai sesuatu yang diciptakan oleh manusia sendiri yang
bersifat baru, kedua sistem pendidikan mempunyai kelebihan dan kekurangan,
serta kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu tidak perlu dipertentangkan
dengan cara membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lain.
Oleh karena
itu, pendidikan yang islami adalah pendidikan yang mengambil yang baik dari
manapun datangnya dan menyingkirkan yang buruk dari manapun datangnya. Pendapat
ini memperkuat prinsip natsir yang menyatakan bahwa pendidikan islam bersifat
universal dan sekaligus integral dan harmonis. Menurut natsir kemajuan yang
ingin dicapai dalam pendidikan islam tidaklah diukur dengan penguasaan duniawi
saja, akan tetapi sampai dimana kehidupan duniawi memberikan aset kehidupan di
akhirat kelak. Konsep pendidika yang integral, universal dan harmonis ini pada
dasarnya merupaka konsepsi yang dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi empririk
umat islam pada masa itu. Tujuan pendidikan tujuan utama dari pendidikan adalah
ajaran tauhid, mengenal tuhan, mempercayai dan penyerahan diri kepada tuhan.
Tauhid diperlukan untuk menjaga harmoni dan keseimbangan antara intelektual dan
spiritual, antara jasmani dan rohani dan antara duniawi dan ukhrawi. Tauhid
menurutnya merupakan dasar pendidikan yang hendak diberikan kepada generasi
mendatang.[5]
Dengan
demikian, tujuan pendidikan merupakan tujuan hidup. Tujuan hidup seorang muslim
adalah berserah diri kepada allah sebagaimana tercermin dalam al-qur’an surat
al-waqiah ayat 51. Inilah tujuan yang pantas ditanamkan oleh siapapun dalam memberikan
pendidikan kepada anak-anak.
Natsir
menjelaskan hakikat penghambaan kepada allah sebagai tujuan hidup juga menjadi
tujuan pendidikan kita, bukanlah suatu penghambatan yang diberikan keuntungan
kepada yang disembah, tetapi penghambatan yang mendatangkan kebahagiaan kepada
yang menyembah, penghambaan yang memeberikan kekuatan kepada yang
mempersembahkan dirinya itu.[6]
DAFTAR PUSTAKA
Amin
Husein M. Iqbal. Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga
Indonesia Kontemporer. Jakarta:Kencana Prenada media Group) 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Natsir 11
november 2017
Natsir,
Mohammad (b), World Of Islam Festival dalam perspektif sejarah. (Jakarta: Yayasan Idayu). 1976.
Natsir,
Mohammad . Agama dan Negara dalam Perspektif Islam,. (Jakarta : Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia). 2001.
Susanto, A,
Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah). 2009
Syafii, Ahmad Maarif . Islam dan Politik di
Indonesia pada Demokrasi Terpimpin1959-1965. (Yogyakarta : IAIN Suka
Press). 2013
[1]
[1] Mohammad Natsir (b), World Of Islam Festival
dalam perspektif sejarah, Jakarta: Yayasan Idayu, 1976. hal., 51. Di
cantukan dalam Skirpsi USU
[2]
M. Iqbal, Amin Husein N, Pemikiran Politik
Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer, (Jakarta:Kencana
Prenada media Group, 2013).hal 214.
[4]
Mohammad Natsir, Agama dan Negara dalam
Perspektif Islam, (Jakarta : Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 2001), h 83
[5]
Mohammad Natsir, Capita Selecta II, (Bandung:
sumur t. th) h, 69
[6]
A. Susanto, Pemikiran
Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009)., hal. 113
Stainless Steel - Titanium Straightener in the UK - Titanium
BalasHapusA blue titanium cerakote stainless titanium coating steel model is made with high-performance electrolytic capacitors. The two components in this titanium grades model are copper, titanium, titanium comb and 2019 ford edge titanium for sale stainless steel.